Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.
Wb
Puji syukur kepada kehadirat ALLAH
SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Autobiografi
ini. Autobiografi ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran
sejarah dan juga untuk memahami pentingnya sejarah dalam kehidupan kita.
Dalam menjalani hidup ini tentunya
banyak sekali pengalaman dan tantangan yang saya alami mulai dari masa balita,
masa TK, SD, SMP dan SMA yang saya hadapi. Namun dari pengalaman itu, kita bisa
memetik sebuah pelajaran. Ada sebuah pepatah mengatakan ‘guru terbaik adalah
pengalaman’. Dari pengalaman, tentu saja ada kegagalan yang pernah saya ambil.
Namun saya yakin bahwa kegagalan adalah suatu keberhasilan yang tertunda.
Semoga autobiografi yang saya buat untuk dapat diambil manfaatnya.
Semoga autobiografi ini bisa menjadi
referensi dalam penulisan autobiografi lain. Saya berharap, autobiografi ini
akan berguna bagi diri saya dan berguna bagi yang lain. Saya tahu tidak ada
yang sempurna didunia ini, maka saya memerlukan kritik, saran ataupun masukan
dalam memperbaiki dan menyempurnakan AUTOBIOGRAFI ini pada selanjutnya.
|
|||
|
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa – masa hidup kita
tentu sangat berarti bagi diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Dengan
adanya kenangan masa lalu, kita dapat berfikir lebih dalam segala bentuk
pengalaman – pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan untuk
diambil hikmahnya. Maka dari itu, penulis ingin menuangkan semua kenangan
melalui AUTONIOGRAFI ini dan juga untuk memenuhi tugas disekolah tercinta SMA
NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG
B. TUJUAN
Selain untuk memenuhi
tugas, AUTOBIOGRAFI ini bermanfaat sekali untuk mengenang masa lalu secara
lebih detail. Banyaknya pengalaman – pengalaman hidup baik yang telah berhasil
maupun belum. Dengan begitu, kita bisa mengambil hikmah dari pengalaman
tersebut dan INSYAALLAH kita dapat menjadi manusia yang lebih baik dengan
memaknai masa lalu. AMIEN……
BAB II
PEMBAHASAN
MASA KELAHIRAN
Siang itu, setelah
semua orang muslim melaksanakkan sholat Jum’at, tepatnya pada pukul 13.05
tanggal 19 April 1996 adalah sebuah moment yang sangat berharga, karena saat
itu pertama kalinya ibu penulis dapat melahirkan penulis. Penulis lahir dengan
selamat melalui proses caesar. Karena penulis merupakan anak pertama dari
pasangan Tuan Drs. Sutrisno., M.M dan Nyonya Dra. Yuly Hartaty.
Penulis dilahirkan
dengan selamat dan disambut dengan kehangatan dan kegembiraan oleh anggota
keluarga yang lain. Penulis dilahirkan di Bidan. Penulis diberikan nama Khoiri Nugraheni
karena wajah penulis terlihat seperti ibu penulis yang merupakan orang sunda.
Khoiri sendiri diambil dari bahasa arab yang berarti lebih baik atau lebih
cantik dan juga Nugraheni yang berarti anugrah. Berarti Khoiri Nugraheni
artinya anugrah yang indah. Penulis diberi panggilan Riri karena ayah penulis
melihat bahwa penulis mirip sekali dengan ibu penulis, orang sunda. Dan orang
sunda sangat suka mengulang nama.
MASA BALITA
Penulis mendapatkan
ASI selama sekitar 1 tahun. Penulis termasuk bayi yang aktif dan tidak bisa
diam ditempat. Hari demi hari, penulis menjadi tambah nakal dan sering menangis
. Bahkan orang tua penulis sampai bingung bagaimana membesarkan penulis. Namun
orang tua penulis dengan telaten membesarkan penulis hingga penulis sekarang.
Masa kecil penulis
hampir sama dengan anak – anak lain. Penulis sangat menyukai bermain di taman
bermain. Penulis sering sekali merengek – rengek agar masuk TK karena ingin
sekali bermain di taman bermain di TK. Penulis diajarkan pelajaran – pelajaran
dasar, seperti menulis alphabet, huruf 1 -10, mengenal warna. Orang tua penulis
juga senang mengajak penulis bermain pasir, kata orang tua penulis, bermain
pasir dapat membantu sel motorik anak. Penulis juga paling senang jalan – jalan.
Hampir setiap hari penulis diajak jalan – jalan ke SMA Negeri 7 Bandar Lampung,
SLB Dharma Bangsa Dharma Pertiwi maupun sekolah – sekolah di dekat rumah dinas
orang tua penulis.
Penulis saat kecil
sangat dimanja oleh orang tua karena penulis merupakan anak pertama. Namun
penulis juga sering merengek meminta sesuatu, namun orang tua penulis tidak mau
membelikannya, dan akhirnya penulis menangis, dan orang tua penulis akhirnya
membelikannya.
MASA TAMAN KANAK –
KANAK
Masa TK penulis hampir sama dengan anak – anak lain.
Penulis diajarkan pelajaran – pelajaran dasar. Saat kecil penulis dikenal
dengan anak yang aktif dan juga tomboy. Banyak sekali teman – teman lelaki
penulis mengejek penulis, namun karena penulis sangat berani, akhirnya penulis
benar – benar melawan anak – anak nakal tersebut. Bahkan ada beberapa teman –
teman penulis yang membantu penulis untuk melawan anak – anak nakal. Namun
akhirnya, penulis berteman dengan anak – anak yang menganggu penulis.
Saat penulis TK,
penulis memiliki seorang adik yaitu Retno Sari Widowati. Wajah dan sifatnya
sangat mirip dengan ayah penulis. Adik penulis ini sangat nakal, manja dan
sangat keras kepala. Jika penulis dan dia bermain, dia selalu saja menginginkan
mainan penulis. Penulis sebenarnya berwatak keras kepala, tentu saja penulis
akan menolaknya. Namun adik penulis ini tidak segan – segan memukul penulis
dengan mainan yang ada. Makanya jika penulis dan dia bermain, orang tua penulis
hanya memberikan boneka, karena boneka tidak akan sakit jika dipakai untuk
memukul.
Penulis saat kecil
sangat jarang keluar. Penulis hanya diperbolehkan keluar jika sore. Menurut
ayah penulis, lebih baik untuk tidur siang daripada digunakan untuk bermain.
Namun penulis yang nakal, selalu bisa kabur dan bermain dengan anak – anak
lelaki, karena sifat penulis yang tomboy.
Saat penulis kecil,
orang tua penulis juga jarang mengajak penulis pergi. Karena setiap kali
penulis dan adik penulis pergi bersama orang tua penulis, pastilah hilang.
Penulis termasuk anak yang hiperaktif, tidak bisa dibiarkan sendirian, makanya
setiap kali hilang, penulis selalu mengajak adik penulis. Orang tua penulis
tahu benar sifat penulis yang seperti itu, makanya beliau tidak mau mengajak
penulis pergi. Namun penulis selalu meminta oleh – oleh setiap kali orang tua
penulis pergi, yaitu kaset Power Ranger. Karena penulis sangat menyukai Power
Ranger dan hampir sekitar 100 keping CD Power Ranger yang sudah dimiliki oleh
penulis
Saat kecil dulu
penulis sangat trauma dengan daging sapi. Penulis hanya bisa makan daging sapi
giling, kalau tidak dia tidak akan makan. Penulis juga trauma dengan daging
kambing, kerbau dan domba, karena penulis sangat tidak menyukai baunya. Pernah
suatu hari, ibu penulis menyuruh penulis untuk memakan soup buntut, setelah itu
penulis akhirnya mandi hingga 10 kali untuk menghilangkan baunya.
Di TK, penulis
diajarkan untuk menulis dan membaca. Namun, ayah penulis sangatlah keras dalam
mendidik anak – anaknya. Ayah penulis menginginkan penulis agar bisa menulis
latin. Bahkan jika penulis salah, ayah penulis tidak segan – segan untuk
memukul penulis ataupun yang lebih berat.
Saat nenek penulis
datang, akhirnya penulis memutuskan untuk ikut dengan neneknya di Makasar.
Karena selain penulis yang anaknya hiperaktif dan juga sangat berketahuan tinggi,
maka akhirnya penulis memutuskan untuk ikut dengan neneknya. Walaupun penulis
tidak ingin meninggalkan Bandar Lampung, tapi penulis juga ingin mengetahui
dunia luar yang lebih luas lagi. Dan akhirnya penulis hanya bisa menamatkan TK-nya
dalam setahun.
MASA SD
Penulis pertama kali
sekolah di MI di Luwu, Sulawesi Selatan. Karena penulis tinggal di daerah
perbatasan Kabupaten Palopo dan Luwu, Sulawesi Selatan. Kakek penulis saat itu
menjabat sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Palopo dan Nenek penulis
sebagai ibu rumah tangga. Penulis bersekolah saat berumur 5 tahun dan
bersekolah bersama sepupu penulis yang bernama Fatur.
Disekolah penulis
tidak menyukai pelajaran yang diajarkan, terutama pelajaran tentang keagamaan.
Penulis selalu mendapatkan nilai 0 dan penulis sudah terbiasa dengan itu.
Namun, sepupu penulis selalu mendapatkan nilai dan bagus dan selalu masuk 10
besar.
Akhirnya, karena bosan
dengan sekolah penulis. Penulis akhirnya pindah ke SDN 282 Palopo. Dan sepupu
penulis juga ikut pindah, walaupun dia juga tidak rela untuk pindah. SDN 282
Palopo, nilai penulis mulai naik walaupun tidak bisa masuk 10 besar, dan sepupu
penulis dapat masuk 10 besar lagi. Namun masalah besar di selama ini adalah
karena penulis tidak bisa membaca dengan baik, hanya bisa membaca terbata –
bata. Walaupun begitu, penulis sangat menyukai travelling. Penulis sangat
senang jika bermain disemak – semak yang berbahanya, gunung – gunung yang
tinggi, ke rawa - rawa untuk mencari kumbang dan juga bermain air disungai.
Saat malam, penulis sangat menyukai bermain disekitar perumahan. Bahkan penulis
tidak pernah belajar saat malam hari.
Saat kelas 3, penulis
dijemput oleh ibu penulis. Orang tua penulis memutuskan penulis untuk mengulang
kelas 2 penulis di SDN 2 Beringin Raya. Penulis saat itu lupa dengan wilayah
rumah penulis. Namun penulis juga masih beradaptasi memahami kampung
halamannya.
Penulis akhirnya masuk
di kelas 2B. Disana penulis memiliki teman yang banyak, dan kompak – kompak.
Penulis merasa senang karena mendapatkan pengalaman baru. Apalagi semenjak bisa
membaca, penulis jadi sangat menyukai membaca. Setiap hari penulis menghabiskan
waktu dengan membaca. Walaupun penulis masih mendapatkan 0, namun penulis lama
kelamaan bisa mendapatkan niai 8. Saat semester 1 penulis mendapatkan peringkat
4 dikelas. Tentu saja penulis kaget, karena sejak dulu penulis tidak pernah
mendapatkan peringkat dikelas. Orang tua penulis sangat bangga kepada penulis,
setidaknya penulis telah melakukan perubahan yang sangat besar dalam hidupnya
saat itu.
Saat semester 2,
penulis sangat giat belajar dan dapat mempertahankan peringkatnya. Orang tua
penulis juga bersyukur, setidaknya penulis dapat mempertahankan peringkatnya.
Kelas 3, penulis ditempatkan di kelas 3B. Kelas 3B anak – anaknya sangat kompak
dan bersemangat. Walaupun ribut dan sering membuat ulah, namun kelas ini sangat
menyenangkan. Tentu saja, kami masih suka bermain yang aneh – aneh seperti
dikelas 2 dulu. Saat pembagian rapor, penulis mendapatkan peringkat 5. Walaupun
penulis nilainya menurun, namun orang tua penulis memakluminya, karena memang
suasananya sangat berbeda.
Semester 2, orang tua
penulis memutuskan pindah ke Metro karena akan merintis SLB Negeri di Metro.
Akhirnya kami sekeluarga tinggal di desa Sumbersari, Metro Selatan. Tempat yang
dimana kalian melihat adalah hamparan sawah dan jauh dari pusat kota. Namun,
orang tua penulis memasukkan penulis di SD Negeri 1 Metro Barat, yang jauhnya
sekitar 1 km dari tempat tinggal penulis.
Penulis begitu
menyukai sumbersari karena tempatnya yang sangat rindang dan sejuk. Setiap hari
penulis menghabisakan waktu bermain dengan saudara – saudara penulis dan juga
bersama dengan Jalu, ayam peliharaan kami. Kami member nama Jalu Sekar Taji,
karena dia betina. Padahal penulis mengira Jalu itu jantan. Penulis sering
sekali memberi makan Jalu dan mengajak main. Namun, saat wabah tetelo menyerang
Jalu dan anak-anaknya meninggal. Kami tentu saja menangis karena Jalu adalah
peliharaan yang paling kami sayangi. Sejak saat itu, penulis trauma untuk
memegang ayam lagi.
Saat kelas 3 SD,
penulis masuk di kelas 3 SD Negeri 1 Metro Barat. Saat itu kelas 3 hanya ada 1
kelas. Penulis pertama kali shock ketika tahu cara belajar SD Negeri 1 Metro
Barat berbeda sekali dengan sistem pelajaran SD Negeri 2 Beringin Raya. Disana,
buku pelajaran sangat sulit ditemukan, dan juga anak – anaknya sangat kesulitan
mendapatkan buku. Disana juga, anak – anaknya sendiri masih kental menggunakan
bahasa Jawa, sementara penulis sudah terbiasa memakai bahasa Indonesia di
kehidupan sehari – hari. Jadi agak sulit untuk beradaptasi di sekolah itu, dan
hampir semua guru masih menggunakan bahasa Jawa, sehingga penulis harus benar –
benar kerja keras untuk beradaptasi.
Kabanyakan dari teman
– teman berbicara dengan penulis menggunakan bahasa Indonesia. Namun kebanyakan
dari mereka masih menganggap penulis asing, jadi memang benar – benar susah
menghilangkan image penulis. Kelas 3 semester 2, penulis akhirnya bisa
mendapatkan peringkat 4 besar. Tentu saja mengherankan anak – anak lain. Namun
penulis orang tua penulis benar – benar puas dengan prestasi penulis.
Kelas 4, merupakan
masa yang mempengaruhi penulis. Saat kelas 4, penulis diajar guru Matematika
yang begitu masa bodoh dan tidak peduli dengan anak muridnya. Beliau juga
terkenal keras dalam mendidik. Bahkan beliau pernah berbicara kepada seluruh
anak kelas 4 “ Kalian tidak apa – apa dapat 1, 2, 3, tapi kalian tidak boleh
dapat nilai 0 “. Dan sejak itulah, penulis trauma dan lemah dalam pelajaran
MTK.
Kelas 4 merupakan
kelas yang sangat menyenangkan. Kami bermain dan mengobrol dengan mereka. Kami
menciptakan permainan yang aneh – aneh. Kadang – kadang penulis juga ikut main
permainan tradisional seperti engklek atau permainan lain. Semester 1 dan 2
penulis mendapatkan peringkat 4 dikelas.
Kelas 5 Penulis
mendapatkan wali kelas guru Matematika. Itu benar – benar momok mengerikan
diajarnya. Bahkan sangat sulit sekali untuk melawan kehendak Beliau. Anak –
anak benar – benar takut dengan pola ajar guru tersebut. Dan juga kelas 5
banyak diisi oleh kakak kelas kami yang tidak naik kelas. Dari 30 siswa,
bertambah menjadi 36 siswa, karena ada 8 siswa yang tidak naik kelas.
Sebenarnya ada juga dari kelas 4 yang tidak naik kelas dan pindah sekolah.
Mereka berpikir lebih baik pindah dari pada harus menanggung malu di SD.
Saat semester 1,
penulis mendapatkan peringkat 4, namun saat semester 2 penulis seharusnya
mendapatkan peringkat 2, namun karena gurunya yang salah tulis, walaupun dia
guru Matematika, tetapi tetap saja aneh. Anak – anak mulai menganggap penulis itu
aneh, namun penulis hanya membiarkannya saja. Akhirnya orang tua penulis
memutuskan untuk mengadukan ini, namun karena nilai rapornya sudah ditulis
dengan pena, akhirnya nilainya tidak jadi diganti.
Kelas 6, penulis
menghabiskan waktunya untuk les diuar sekolah. Setiap hari penulis tidak pernah
mengikuti les disekolah, karena waktunya dipakai untuk les di lembaga luar.
Jadi penulis tidak terlalu mengetahui keadaan kelas 6 saat itu. Penulis
mengikuti les di LPK Airlangga, dan masuk dikelas favorit yaitu 6 Executive 1
Sore. Kelas yang paling dibanggakan karena nilainya yang paling bagus. Tentu
saja penulis bangga bisa masuk kelas tersebut karena penulis bermodalkan nilai
3 untuk pelajaran Matematika.
Pernah suatu hari,
Badan Konseling Lembaga memanggil penulis. Penulis hanya dapat menangis karena
sebenarnya penulis tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua penulis. Akhirnya,
nilai penulis lama – lama naik hingga mendapatkan nilai 7. Jadi selama 1 tahun,
penulis berada di 6 Executive 1 Sore, dan itu menjadi kebanggan karena untuk
bisa masuk kelas 6 Executive 1 Sore harus bisa masuk 16 besar dari 200 siswa.
Di kelas 3 semester 1, penulis akhirnya bisa mendapatkan peringkat 3 dikelas.
Namun saat semester 2, penulis hanya bisa mendapatkan peringkat 4.
Penulis memutuskan
untuk mendaftar di SMP Negeri 1 Metro dan SMP Negeri 4 Metro. Karena saat itu
penulis mendaftar di sekolah RSBI, maka tes masuknya diadakan lebih awal. Ujian
SMP Negeri 1 Metro lebih dulu daripada SMP Negeri 4 Metro. Saat itu, penulis
dapat mendaftar lebih dari 1 sekolah.
Ujian di SMP Negeri 1
Metro, sangatlah susah karena hampir 60% soalnya menggunakan bahasa inggris.
Karena penulis sangat kesulitan, akhirnya penulis gagal di ujian tertulis. Ayah
penulis sangat marah karena penulis tidak bisa masuk SMP Negeri 1 Metro. Dari
pengalaman tersebut, akhirnya penulis benar – benar belajar dengan giat untuk
ujian tertulis SMP Negeri 4 Metro. Saat itu, ayah penulis tidak mau mengantar
penulis ujian, sehingga penulis harus naik angkutan umum sendiri. Akhirnya,
penulis lulus di tes tertulis dan masuk 30 besar.
Karena masuk 30 besar,
penulis benar – benar belajar. Walaupun ayah penulis tidak terlalu
memperhatikan, namun penulis benar – benar ingin masuk SMP favorit setidaknya
favorit kedua di Metro. Akhirnya setelah serangkaian tes, penulis akhirnya
diterima di SMP Negeri 4 Metro pada tanggal 7 Juni 2007. Penulis masuk kedalan
20 besar.
Setelah diketahui
diterima di SMP Negeri 4 Metro, penulis belajar giat untuk Ujian Akhir
Nasional. Walaupun ayah penulis masih menghindari penulis, namun penulis masih
belajar dengan giat. Akhirnya penulis bisa mengerjakan Ujian Akhir Nasional.
Sebelum masuk, SMP
Negeri 4 Metro mengadakan matrikulasi untuk penentuan kelas. Selama sekitar 3
minggu kami diajari pelajaran – pelajaran dasar seperti bahasa inggris,
matematika, biologi, dan fisika. Penulis benar – benar kaget ketika tahu harus
belajar menggunakan bahasa inggris. Bahkan nilai penulis untuk biologi saja
hanya 4, namun penulis tidak patah semangat.
Saat kami matrikulasi,
SMP Negeri 4 Metro menjadi tempat olimpiade SD dan SMP sekota Metro. Akhirnya
kami harus mengungsi dan belajar di Lab Bahasa. Saat itu, guru kami mengawas
untuk olimpiade jadi, kakak kelas penulis yaitu, ‘Ina Marita’ mengajarkan kami
tentang matematika. Penulis juga bertemu dengan guru – guru penulis di sekolah
maupun ditempat les. Penulis juga bertemu dengan adik kelas penulis dan adik
penulis yang sedang mengikuti lomba. Namun penulis hanya bisa melihat dari
jauh.
Saat matrikulasi, anak
– anak di Sekolah mempersiapkan perpisahan. Saat perpisahan, penulis akhirnya
datang. Saat itu, kelas 6 membawakan sebuah lagu yang akan dinyanyikan di
perpisahan, namun karena penulis tidak latihan, akhirnya penulis hanya bisa
lipsing. Guru – guru tahu kalau penulis diterima disekolah favorit, karena dari
2 orang yang mendaftar di SMP RSBI hanya penulis yang diterima.
Setelah mengetahui hasil
Ujian Nasional yang hanya bisa mencapai nilai KKM yaitu 21,7. Nilai Matematika, Bahasa Indonesia, dan
IPA hanya rata – ratanya 7, 3. Penulis tentu saja kecewa, namun penulis juga
bersyukur karena Allah juga memberikan jalan yang benar – benar unik untuk
penulis.
MASA SMP
Penulis hanya bisa
bersantai ria karena telah terdaftar mendaftar di SMP Negeri 4 Metro. Karena
penulis hanya bisa berdiam diri di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Bahkan, penulis saja terlambat pada saat hari pertama masuk sekolah. Penulis
tidak bisa mengikuti upacara bendera dan hanya bisa memandang dari jauh.
Penulis akhirnya masuk
dikelas 7A, kelas favorit di SMP Negeri 4 Metro. Saat itu, sekolah mengadakan
MOS. Kakak kelas masuk ke kelas kami dan menyuruh kami yang aneh – aneh. Namun,
karena penulis terlalu pendiam, penulis tidak dapat jatah di MOS. Setelah itu,
kakak kelas menngajarkan kami baris berbaris. Sebenarnya penulis pernah belajar
baris berbaris saat SD, karena dulu penulis adalah anggota pramuka.
Setelah 3 hari MOS,
akhirnya Kegiatan Belajar Mengajar dimulai. Hari itu, penulis telat namun oleh
guru yang mengajar, akhirnya penulis diperbolehkan duduk. Sejak saat itu,
penulis tidak pernah berangkat telat. Kegiatan Belajar Mengajar begitu
mengagetkan ketika pelajaran fisika. Karena bingung apa yang dipelajari. Nilai
ulangan fisika hanya dapat 5, namun penulis tidak patah semangat.
Tanggal 16 Agustus 2007
, rumah penulis hampir dimasuki maling. Namun dengan sigap ayah penulis dan ibu
penulis dapat mengatisipasinya. Adik penulis dan penulis mendengar beberapa
suara tembakan, dan ketika tahu bahwa ayah penulis dibawa ke rumah sakit dan
ibu penulis juga ikut. Penulis hanya bisa melihat ayah penulis terkapar dan
menangis. Namun bibi yang mengasuh penulis menghibur penulis.
Tanggal 17 Agustus
2007, penulis hanya bisa menunggu ayah penulis dirumah sakit. Adik penulis
semua pada sekolah dan hanya penulis yang tidak sekolah. Orang – orang mulai
datang menjenguk ayah penulis. Sebenarnya ayah penulis sudah tahu siapa yang
menyerang ayah penulis. Namun karena memang wilayah tersebut adalah gembong
penjahat, maka ayah penulis tidak melaporkan kejadian itu kepada penulis.
Akhirnya, setelah keluar dari rumah sakit, penulis dan keluarga akhirnya pindah
rumah di tempat yang lebih aman dan nyaman.
Saat kelas 7A, penulis
tidak bisa masuk peringkat 10 Besar. Selain karena sulit, penulis juga bingung
dan masih kaget dengan sistem pembelajaran. Sehingga nilai rapornya sesuai
dengan KKM dan akhirnya dirolling dan masuk ke kelas 7B.
Sejak masuk kelas 7B,
semuanya berubah. Penulis bertemu dengan teman penulis yang berasal dari kelas
7A dan penulis memang mengenalnya karena kami satu kelas di Lembaga Airlangga
yaitu ‘ Ella Masliana Dewi ‘ dan ‘ Nadya Farah Rachmarina ‘ . Kami dekat dan
sering mengadakan kerja kelompok bersama. Saat itu, sekolah mengadakan les
hingga jam 4.30 sore, jadi hampir setiap hari penulis pulang sore.
Dan hasilnya, nilai
penulis bisa masuk 10 besar, ya walaupun hanya bisa dapat peringkat 8, tapi
penulis bersyukur. Setidaknya penulis sudah bisa masuk 10 besar dan
meningkatkan nilainya.
Kelas 8, penulis masuk
dikelas 8B, penulis tetap dikelas B sekitar 2,5 tahun. Dikelas 8, kelas makin
ramai karena dipasang AC walaupun hanya bertahan sekitar 2 bulan. AC rusak
karena daya listrik sekolah sangat minim dan juga penggunaan alat – alat
produksi di Lab PTD ( Pengetahuan Teknologi Dasar ). Kelas penulis sering
sekali protes karena AC rusak, namun sekolah selalu saja berkata “ Sabar,
dayanya belum ditambah, nak ! “ itu yang setiap kali penulis dan kawan – kawan
dengar jika mengeluh tentang AC.
Dan juga kami sering
sekali membuat ulah saat kelas kami diberi Televisi dan DVD player. Hampir
setiap hari kelas penulis dijadikan tempat untuk orgenan oleh anak – anak laki
– laki dikelas. Maklum saja, kelas penulis hanya terdiri dari 22 anak, 9 siswi
dan 13 siswa.
Kelas penulis juga
disebut kelas terbandel setelah kelas 8F. Tentu saja, para guru mencibir kelas
penulis dan mengeluh kenapa nilai kelas penulis sama saja denga n nilai anak –
anak reguler yang lain. Namun, teman – teman penulis dan penulis sendiri
menganggap santai cibiran tersebut. Karena beliau tidak tahu bagaimana rasaya
jika belajar dengan sistem yang berbeda.
Kelas penulis juga
disebut kelas masalah oleh para guru. Pertama kelas kami sudah membuat seorang
guru marah dan tidak masuk kelas. Kami pun khilaf, namun tetap saja kami
melakukannya lagi. Dan semua guru tahu bagaimana kelas kami yang memang seperti
itu adanya.
Saat kelas 8 semester
1 penulis tidak bisa masuk 10 besar. Namun, itu tidak masalah bagi penulis.
Setidaknya penulis benar – benar berusaha. Semester 2 penulis memutuskan untuk
ikut les di LPK Airlangga lagi. Tentu saja, bukan hanya karena penulis sudah
kenal pemilik dan sudah akrab disitu, namun penulis juga sudah terbiasa dengan
suasana Lembaga tersebut.
Di tempat les, penulis
bersahabat dengan ‘ Rina Asupa‘ dari SMP Negeri 6 Metro. Kami dekat karena kami
menyukai hal – hal yang sama. Dan kami saling berbagi materi pelajaran
disekolah. Namun, saat pemilihan kelas penulis dan Rina berpisah, namun penulis
dan dia masih menjalin hubungan yang baik.
Kemudian, Sekolah
mengadakan Kunjungan Kerja di PT. Coca Cola Company di Bandar Lampung dalam
memenuhi pembelajaran PTD, yaitu pengolahan limbah. Penulis dan kawan – kawan
senang, karena setelah kunjungan kerja kami akan berlibur ke Pantai Mutun.
Saat kunjungan kerja
penulis harus duduk dengan seorang guru karena tidak mendapatkan pasangan.
Tentu saja penulis tidak bisa berkutik kecuali hanya memainkan handphone atau
memotret sekeliling. Tidak jarang teman – teman penulis mengajak ngobrol namun
hanya sebentar.
Sesampainya di PT.
Coca Cola, teman – teman penulis hanya mengabadikan foto – foto mereka sendiri
dan mengagumi cara kerja mesin pabrik. Penulis akhirnya yang mencatat hasil
wawancara dengan seorang pegawai dan juga memfoto – foto mesin dan pengolahan
limbah. Teman – teman penulispun hanya bisa meminjam catatan dan meminta foto –
foto dari penulis.
Setelah kunjungan
kerja, sekolah memutuskan untuk bersenang – senang di Pantai Mutun. Namun
diperjalanan, bus kelas 8E dan 8D pecah ban dan sehingga kami harus berhenti
sebentar dan menampung beberapa siswa. Kami tetap merasa gembira walaupun
khawatir.
Akhirnya, penulis dan
kawan – kawan sampai juga di Pantai Mutun. Penulis hanya bisa duduk di gazebo
sementara teman – teman penulis sibuk bermain air dan berenang. Memang penulis
tidak bisa berenang dan trauma dengan air banyak, apalagi air laut. Setelah
selesai, akhirnya kamipun pulang dengan hati gembira dan capek. Namun, tugas
telah menanti dirumah.
Setelah kunjungan
kerja, selama sebulan kami melakukan kegiatan belajar mengajar kemudian ujian
semester. Semester 2, penulis mendapatkan peringkat 7, namun itu sudah menjadi
sesuatu yang membanggakan bagi penulis. Karena nilai – nilai penulis naik dan
juga mendapatkan peringkat 3 di LPK Airlangga.
Kelas 9B, dipenuhi
dengan masalah – masalah yang pelik. Seperti terbaginya kelompok perempuan yang
saling berkumpul. Bahkan pernah penulis dan kawan – kawan penulis menangis
karena seorang guru tidak memperbolehkan kami masuk. Mereka pikir penulis dan
kawan – kawan pergi ke kantin, padahal sebenarnya kami sedang berganti baju,
dan memang waktu pelajaran olahraga belum selesai namun guru itu telah masuk.
Namun, akhirnya kami
berbaikan lagi. Dan sekarang adalah masalah siswa yang sering kehilangan
barangnya seperti flashdisk, bahkan handphone salah seorang teman penulis
pernah hilang dicuri seseorang. Kasus
itu pernah sampai terdengar oleh Kepala Sekolah. Kejadian kedua juga sama,
handphone dengan tipe yang sama, namun kali ini handphone itu dapat ditemukan.
Penulis juga mengikuti
les di Lembaga yang sama dan bertemu dengan anak – anak yang pintar. Tentu
saja, nilai try out pertama, penulis berada 200 dari 280 siswa. Ayah penulis
marah karena nilai penulis yang anjlok, namun penulis tetap berusaha untuk
belajar semaksimal mungkin. Disana penulis bertemu dengan anak – anak dari
sekolah – sekolah di Metro. Tentu saja, kelas favorit di lembaga ini adalah
kelas 9 executive 1 sore karena diisi oleh siswa dari SMP Negeri 1 Metro.
Dikelas 9 executive 2
sore, penulis bertemu dengan ‘ Robby Syekh Risky ‘ dia bisa mendapatkan peringkat 3 besar.
Memang 4 besar itu hanya sering direbut oleh penulis, ‘ M. Ramadhan dari SMP
Negeri 3 Metro ‘ dan juga ‘ Aulia Rozana ‘ dari SMP Negeri 4 Metro.
Walaupun begitu,
penulis tetap saja senang dengan hasil try out yang lumayan tersebut. Terlebih
lagi saat penulis tahu jika penulis berada di peringkat 12 dari 280 anak. Itu
benar – benar hal yang sangat membanggakan penulis.
Pernah suatu hari,
kelas 9B bertengkar kelas 9A hanya karena seorang petugas salah memasukkan meja
di kelas 9A. Tentu saja, penulis dan kawan – kawan yang meminta kepada TU untuk
meja itu karena meja yang sebelumnya sudah rusak. Anak kelas 9A tetap saja
ngotot karena merasa bahwa meja itu milik mereka. Akhirnya kami mengalah, namun
kami tahu bahwa tuhan punya rencana yang lebih baik dari itu. Akhirnya kami
hanya dapat meja bekas kelas 9A.
Kami belajar dengan
santai walaupun kami akan ujian nasional. Jika anak – anak lain belajar
intensif, sangat berbeda dengan kelas 9B. Saat ujianpun kami benar – benar
menggunakan sistem kerja sama, walaupun penulis tidak mencontek sama sekali.
Setelah Ujian
Nasional, SMA Negeri RSBI di Lampung mulai membuka pendaftaran. Penulis
mendaftar di SMA Negeri 1 Metro dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Orang tua
penulis menginginkan penulis masuk di SMA Negeri 1 Metro. Penulis dengan giat
mengikuti les masuk SMA dan juga tambahan pelajaran untuk menghadapi semesteran
RSBI.
Penulis benar – benar belajar
saat mendaftar di SMA Negeri 1 Metro, berbagai soal dibahas dan dikerjakan oleh
penulis. Hingga saat ujian, penulis mengerjakan soal – soal itu dengan tenang.
Sementara saat mengikuti ujian SMA Negeri 2 Bandar Lampung, penulis masih
merasa capek karena selang ujian hanya sehari jadi penulis tidak belajar sama
sekali.
Penulis benar – benar kaget
ketika ujian praktik berbeda antara SMA Negeri 1 Metro dengan SMA Negeri 2
Bandar Lampung. Karena SMA Negeri 2 Bandar Lampung memakai sistem TOIEC
sementara SMA Negeri 1 Metro menggunakan tes wawancara. Namun penulis dapat
menghadapinya dengan tenang.
Pengumuman pertama di
SMA Negeri 1 Metro lebih dahulu daripada SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Dari
hasil tes akademik di SMA Negeri 1 Metro penulis berada diurutan 192 dari 192
siswa, namun karena di Metro menggunakan sistem 40% nilai tes akademik dan 60%
nilai UAN maka penulis tidak diterima di SMA Negeri 1 Metro karena nilai UAN
penulis hanya 33,4 atau rata – rata sekitar 8,4. Dan penulis berada diurutan
230.
Tentu saja, kejadian
itu membuat penulis tambah takut. Orang tua penulis marah karena penulis tidak
masuk dan menngancam penulis tidak akan disekolahkan. Namun, ternyata Tuhan
masih memikirkan hamba-Nya yang lemah ini.
Saat pengumuman SMA
Negeri 2 Bandar Lampung, penulis tidak bisa mengakses hasil PSB. Dan ketika disekolah,
saat pemberitahuan nilai UAN, teman – teman penulis berteriak karena teman
penulis ada yang diterima. Tentu saja penulis bertambah nervous. Namun penulis
tetap tabah, bahkan ketika teman penulis yang lebih pintar dari penulis tidak
terima, tentu saja penulis bertambah takut. Tiba – tiba, penulis diberitahu
teman penulis tentang diterimanya penulis di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Tentu
saja penulis kaget, karena tidak menyangka. Segera penulis memcari hasil PSB
SMA Negeri 2 Bandar Lampung, dan ternyata penulis diterima di urutan 135 dari
240 siswa. Penulis sangat bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan untuk
penulis. “ Tuhan sudah menciptakan jalan yang tepat bagi hamba-Nya yang
berusaha “ itulah yang penulis percaya hingga saat ini.
Penulis hanya bisa
menangis ketika mengetahui itu. Penulis segera menghubungi orang tua penulis,
dan orang tua penulis bangga walaupun juga sedih karena tidak terima di SMA
Negeri 1 Metro. Dan ketika penulis meminta orang tua penulis untuk ikut tes SMA
reguler lainnya, penulis dilarang. Orang tua penulis berpikir pasti akan
terlalu melelahkan jika harus mendaftar ke SMA reguler lainnya, jadi orang tua
penulis mengambil kesempatan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung.
MASA SMA
Penulis memulai dengan mengikuti Pra-Mos dan
MOS di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Karena dari Metro hanya ada 10 siswa yang
diterima, sehingga kami dapat akrab, apalagi dari SMP Negeri 4 Metro ada 7
orang yang diterima di sekolah ini.
Penulis satu kelompok
dengan teman penulis di SMP dulu, ‘ Maghfira Tiara Adilla ‘ . Dan kami masuk di
kelompok Pempek atau kelompok 6. Karena kelompok 6 itu adalah siswa siswi dari
nama J hingga M. Atribut yang digunakan saat Pra-Mos adalah baju olahraga yang
diberikan sekolah, nama tag dan juga topi kerucut berwarna coklat.
Hari pertama hingga
hari terakhir kami diajari Polisi BRIMOB tentang baris berbaris kemudian
diselangi dengan latihan menyanyikan lagu Mars dan Hynme SMA Negeri 2 Bandar
Lampung. Setelah itu kembali berlatih dengan Polisi BRIMOB hingga pukul 12:00.
Kemudian setelah itu akan diisi dengan pengisian materi dan juga pengenalan –
pengenalan eskul.
Kelompok pempek
merupakan kelompok yang ramai dan menyenangkan. Ada banyak moment yang
memalukan, namun itu makin mempererat hubungan kami. Pernah suatu hari ketika
salah satu anggota kami mendapatkan masalah, kami semua dinasihati oleh Kakak
PJ. Kakak PJ kami sangat baik dan memperhatikan kami dengan baik.
Kelompok pempek memang
dianggap remeh oleh kelompok lain karena yel – yel yang tidak kompak atau
masalah yang kontroversial. Namun,tidak itu memadamkan semangat kelompok
Pempek. Kami berlatih yel- yel, slogan, dan tarian kami saat H-4 lomba
kelompok. Kami benar – benar menikmatinya dan bersenang – senang. Kami juga
mendapatkan beberapa saran dari kakak PJ dan menyeritakan tentang pengalaman
MOSnya. Dan Kakak PJ ingin walaupun kelompok Pempek dianggap remeh, namun dapat
menunjukkan kreativitasnya.
Hari ketika kami akan
berjalan dari SMA Negeri 2 Bandar Lampung ke Lembah Hijau. Benar – benar sangat
melelahkan, namun kami masih tetap semangat, walaupun kelompok kami yang terakhir
sampai. Sampai disana, kami berisitirahat kemudian dilanjutkan dengan lomba –
lomba menarik dan juga lomba manyanyi. Walaupun kelompok kami tidak memenangkan
lomba ketangkasan, namun kami menang sebagai juara 2 lomba menyanyi Mars dan
Hynme SMA Negeri 2 Bandar Lampung, dan menjadi juara 1 lomba yel – yel. Dan
akhirnya menjadi juara umum. Tentu saja kami senang dengan kerja keras yang
kami lakukan.
Kemudian keesokan
harinya adalah hari dimana penulis masuk sekolah. Penulis masuk dikelas X.5.
Dan teman – teman penulis kebanyakan ada dikelas X.8, X.1 dan X.2, namun
walaupun penulis sendiri penulis senang bisa berada dikelas baru. Selain untuk
mencari teman dan pengalaman baru, penulis juga membutuhkan adaptasi.
Kelas X.5 kelasnya
pertama kali di kelas 12 IPS 2 tahun lalu. Kami bergotong royong membersihkan
kelas tersebut, memilih perangkat kelas dan juga pengurus – pengurus kelas.
Setelah itu kami mengobrol tentang sekolah kami dulu, dan kesan – kesan tentang
sekolah kami dulu.
Satu bulan setelah
sekolah, penulis menderita gejala penyakit tifus. Penulis diwajibkan istirahat
total selama beberapa hari. Karena penulis tinggal di kost
No comments:
Post a Comment