translate section

November 10, 2011

AUTOBIOGRAFI


Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada kehadirat ALLAH SWT. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Autobiografi ini. Autobiografi ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran sejarah dan juga untuk memahami pentingnya sejarah dalam kehidupan kita.
Dalam menjalani hidup ini tentunya banyak sekali pengalaman dan tantangan yang saya alami mulai dari masa balita, masa TK, SD, SMP dan SMA yang saya hadapi. Namun dari pengalaman itu, kita bisa memetik sebuah pelajaran. Ada sebuah pepatah mengatakan ‘guru terbaik adalah pengalaman’. Dari pengalaman, tentu saja ada kegagalan yang pernah saya ambil. Namun saya yakin bahwa kegagalan adalah suatu keberhasilan yang tertunda. Semoga autobiografi yang saya buat untuk dapat diambil manfaatnya.
Semoga autobiografi ini bisa menjadi referensi dalam penulisan autobiografi lain. Saya berharap, autobiografi ini akan berguna bagi diri saya dan berguna bagi yang lain. Saya tahu tidak ada yang sempurna didunia ini, maka saya memerlukan kritik, saran ataupun masukan dalam memperbaiki dan menyempurnakan AUTOBIOGRAFI ini pada selanjutnya.
Bandar Lampung, November 2011
 
Penulis
 
 






BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masa – masa hidup kita tentu sangat berarti bagi diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Dengan adanya kenangan masa lalu, kita dapat berfikir lebih dalam segala bentuk pengalaman – pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan untuk diambil hikmahnya. Maka dari itu, penulis ingin menuangkan semua kenangan melalui AUTONIOGRAFI ini dan juga untuk memenuhi tugas disekolah tercinta SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG
B.    TUJUAN
Selain untuk memenuhi tugas, AUTOBIOGRAFI ini bermanfaat sekali untuk mengenang masa lalu secara lebih detail. Banyaknya pengalaman – pengalaman hidup baik yang telah berhasil maupun belum. Dengan begitu, kita bisa mengambil hikmah dari pengalaman tersebut dan INSYAALLAH kita dapat menjadi manusia yang lebih baik dengan memaknai masa lalu. AMIEN……


BAB II
PEMBAHASAN
MASA KELAHIRAN
Siang itu, setelah semua orang muslim melaksanakkan sholat Jum’at, tepatnya pada pukul 13.05 tanggal 19 April 1996 adalah sebuah moment yang sangat berharga, karena saat itu pertama kalinya ibu penulis dapat melahirkan penulis. Penulis lahir dengan selamat melalui proses caesar. Karena penulis merupakan anak pertama dari pasangan Tuan Drs. Sutrisno., M.M dan Nyonya Dra. Yuly Hartaty.
Penulis dilahirkan dengan selamat dan disambut dengan kehangatan dan kegembiraan oleh anggota keluarga yang lain. Penulis dilahirkan di Bidan.              Penulis diberikan nama Khoiri Nugraheni karena wajah penulis terlihat seperti ibu penulis yang merupakan orang sunda. Khoiri sendiri diambil dari bahasa arab yang berarti lebih baik atau lebih cantik dan juga Nugraheni yang berarti anugrah. Berarti Khoiri Nugraheni artinya anugrah yang indah. Penulis diberi panggilan Riri karena ayah penulis melihat bahwa penulis mirip sekali dengan ibu penulis, orang sunda. Dan orang sunda sangat suka mengulang nama.



MASA BALITA
Penulis mendapatkan ASI selama sekitar 1 tahun. Penulis termasuk bayi yang aktif dan tidak bisa diam ditempat. Hari demi hari, penulis menjadi tambah nakal dan sering menangis . Bahkan orang tua penulis sampai bingung bagaimana membesarkan penulis. Namun orang tua penulis dengan telaten membesarkan penulis hingga penulis sekarang.
Masa kecil penulis hampir sama dengan anak – anak lain. Penulis sangat menyukai bermain di taman bermain. Penulis sering sekali merengek – rengek agar masuk TK karena ingin sekali bermain di taman bermain di TK. Penulis diajarkan pelajaran – pelajaran dasar, seperti menulis alphabet, huruf 1 -10, mengenal warna. Orang tua penulis juga senang mengajak penulis bermain pasir, kata orang tua penulis, bermain pasir dapat membantu sel motorik anak. Penulis juga paling senang jalan – jalan. Hampir setiap hari penulis diajak jalan – jalan ke SMA Negeri 7 Bandar Lampung, SLB Dharma Bangsa Dharma Pertiwi maupun sekolah – sekolah di dekat rumah dinas orang tua penulis.
Penulis saat kecil sangat dimanja oleh orang tua karena penulis merupakan anak pertama. Namun penulis juga sering merengek meminta sesuatu, namun orang tua penulis tidak mau membelikannya, dan akhirnya penulis menangis, dan orang tua penulis akhirnya membelikannya.



MASA TAMAN KANAK – KANAK
Masa TK  penulis hampir sama dengan anak – anak lain. Penulis diajarkan pelajaran – pelajaran dasar. Saat kecil penulis dikenal dengan anak yang aktif dan juga tomboy. Banyak sekali teman – teman lelaki penulis mengejek penulis, namun karena penulis sangat berani, akhirnya penulis benar – benar melawan anak – anak nakal tersebut. Bahkan ada beberapa teman – teman penulis yang membantu penulis untuk melawan anak – anak nakal. Namun akhirnya, penulis berteman dengan anak – anak yang menganggu penulis.
Saat penulis TK, penulis memiliki seorang adik yaitu Retno Sari Widowati. Wajah dan sifatnya sangat mirip dengan ayah penulis. Adik penulis ini sangat nakal, manja dan sangat keras kepala. Jika penulis dan dia bermain, dia selalu saja menginginkan mainan penulis. Penulis sebenarnya berwatak keras kepala, tentu saja penulis akan menolaknya. Namun adik penulis ini tidak segan – segan memukul penulis dengan mainan yang ada. Makanya jika penulis dan dia bermain, orang tua penulis hanya memberikan boneka, karena boneka tidak akan sakit jika dipakai untuk memukul.
Penulis saat kecil sangat jarang keluar. Penulis hanya diperbolehkan keluar jika sore. Menurut ayah penulis, lebih baik untuk tidur siang daripada digunakan untuk bermain. Namun penulis yang nakal, selalu bisa kabur dan bermain dengan anak – anak lelaki, karena sifat penulis yang tomboy.
Saat penulis kecil, orang tua penulis juga jarang mengajak penulis pergi. Karena setiap kali penulis dan adik penulis pergi bersama orang tua penulis, pastilah hilang. Penulis termasuk anak yang hiperaktif, tidak bisa dibiarkan sendirian, makanya setiap kali hilang, penulis selalu mengajak adik penulis. Orang tua penulis tahu benar sifat penulis yang seperti itu, makanya beliau tidak mau mengajak penulis pergi. Namun penulis selalu meminta oleh – oleh setiap kali orang tua penulis pergi, yaitu kaset Power Ranger. Karena penulis sangat menyukai Power Ranger dan hampir sekitar 100 keping CD Power Ranger yang sudah dimiliki oleh penulis
Saat kecil dulu penulis sangat trauma dengan daging sapi. Penulis hanya bisa makan daging sapi giling, kalau tidak dia tidak akan makan. Penulis juga trauma dengan daging kambing, kerbau dan domba, karena penulis sangat tidak menyukai baunya. Pernah suatu hari, ibu penulis menyuruh penulis untuk memakan soup buntut, setelah itu penulis akhirnya mandi hingga 10 kali untuk menghilangkan baunya.
Di TK, penulis diajarkan untuk menulis dan membaca. Namun, ayah penulis sangatlah keras dalam mendidik anak – anaknya. Ayah penulis menginginkan penulis agar bisa menulis latin. Bahkan jika penulis salah, ayah penulis tidak segan – segan untuk memukul penulis ataupun yang lebih berat.
Saat nenek penulis datang, akhirnya penulis memutuskan untuk ikut dengan neneknya di Makasar. Karena selain penulis yang anaknya hiperaktif dan juga sangat berketahuan tinggi, maka akhirnya penulis memutuskan untuk ikut dengan neneknya. Walaupun penulis tidak ingin meninggalkan Bandar Lampung, tapi penulis juga ingin mengetahui dunia luar yang lebih luas lagi. Dan akhirnya penulis hanya bisa menamatkan TK-nya dalam setahun.



MASA SD
Penulis pertama kali sekolah di MI di Luwu, Sulawesi Selatan. Karena penulis tinggal di daerah perbatasan Kabupaten Palopo dan Luwu, Sulawesi Selatan. Kakek penulis saat itu menjabat sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Palopo dan Nenek penulis sebagai ibu rumah tangga. Penulis bersekolah saat berumur 5 tahun dan bersekolah bersama sepupu penulis yang bernama Fatur.
Disekolah penulis tidak menyukai pelajaran yang diajarkan, terutama pelajaran tentang keagamaan. Penulis selalu mendapatkan nilai 0 dan penulis sudah terbiasa dengan itu. Namun, sepupu penulis selalu mendapatkan nilai dan bagus dan selalu masuk 10 besar.
Akhirnya, karena bosan dengan sekolah penulis. Penulis akhirnya pindah ke SDN 282 Palopo. Dan sepupu penulis juga ikut pindah, walaupun dia juga tidak rela untuk pindah. SDN 282 Palopo, nilai penulis mulai naik walaupun tidak bisa masuk 10 besar, dan sepupu penulis dapat masuk 10 besar lagi. Namun masalah besar di selama ini adalah karena penulis tidak bisa membaca dengan baik, hanya bisa membaca terbata – bata. Walaupun begitu, penulis sangat menyukai travelling. Penulis sangat senang jika bermain disemak – semak yang berbahanya, gunung – gunung yang tinggi, ke rawa - rawa untuk mencari kumbang dan juga bermain air disungai. Saat malam, penulis sangat menyukai bermain disekitar perumahan. Bahkan penulis tidak pernah belajar saat malam hari.
Saat kelas 3, penulis dijemput oleh ibu penulis. Orang tua penulis memutuskan penulis untuk mengulang kelas 2 penulis di SDN 2 Beringin Raya. Penulis saat itu lupa dengan wilayah rumah penulis. Namun penulis juga masih beradaptasi memahami kampung halamannya.
Penulis akhirnya masuk di kelas 2B. Disana penulis memiliki teman yang banyak, dan kompak – kompak. Penulis merasa senang karena mendapatkan pengalaman baru. Apalagi semenjak bisa membaca, penulis jadi sangat menyukai membaca. Setiap hari penulis menghabiskan waktu dengan membaca. Walaupun penulis masih mendapatkan 0, namun penulis lama kelamaan bisa mendapatkan niai 8. Saat semester 1 penulis mendapatkan peringkat 4 dikelas. Tentu saja penulis kaget, karena sejak dulu penulis tidak pernah mendapatkan peringkat dikelas. Orang tua penulis sangat bangga kepada penulis, setidaknya penulis telah melakukan perubahan yang sangat besar dalam hidupnya saat itu.
Saat semester 2, penulis sangat giat belajar dan dapat mempertahankan peringkatnya. Orang tua penulis juga bersyukur, setidaknya penulis dapat mempertahankan peringkatnya. Kelas 3, penulis ditempatkan di kelas 3B. Kelas 3B anak – anaknya sangat kompak dan bersemangat. Walaupun ribut dan sering membuat ulah, namun kelas ini sangat menyenangkan. Tentu saja, kami masih suka bermain yang aneh – aneh seperti dikelas 2 dulu. Saat pembagian rapor, penulis mendapatkan peringkat 5. Walaupun penulis nilainya menurun, namun orang tua penulis memakluminya, karena memang suasananya sangat berbeda.
Semester 2, orang tua penulis memutuskan pindah ke Metro karena akan merintis SLB Negeri di Metro. Akhirnya kami sekeluarga tinggal di desa Sumbersari, Metro Selatan. Tempat yang dimana kalian melihat adalah hamparan sawah dan jauh dari pusat kota. Namun, orang tua penulis memasukkan penulis di SD Negeri 1 Metro Barat, yang jauhnya sekitar 1 km dari tempat tinggal penulis.
Penulis begitu menyukai sumbersari karena tempatnya yang sangat rindang dan sejuk. Setiap hari penulis menghabisakan waktu bermain dengan saudara – saudara penulis dan juga bersama dengan Jalu, ayam peliharaan kami. Kami member nama Jalu Sekar Taji, karena dia betina. Padahal penulis mengira Jalu itu jantan. Penulis sering sekali memberi makan Jalu dan mengajak main. Namun, saat wabah tetelo menyerang Jalu dan anak-anaknya meninggal. Kami tentu saja menangis karena Jalu adalah peliharaan yang paling kami sayangi. Sejak saat itu, penulis trauma untuk memegang ayam lagi.
Saat kelas 3 SD, penulis masuk di kelas 3 SD Negeri 1 Metro Barat. Saat itu kelas 3 hanya ada 1 kelas. Penulis pertama kali shock ketika tahu cara belajar SD Negeri 1 Metro Barat berbeda sekali dengan sistem pelajaran SD Negeri 2 Beringin Raya. Disana, buku pelajaran sangat sulit ditemukan, dan juga anak – anaknya sangat kesulitan mendapatkan buku. Disana juga, anak – anaknya sendiri masih kental menggunakan bahasa Jawa, sementara penulis sudah terbiasa memakai bahasa Indonesia di kehidupan sehari – hari. Jadi agak sulit untuk beradaptasi di sekolah itu, dan hampir semua guru masih menggunakan bahasa Jawa, sehingga penulis harus benar – benar kerja keras untuk beradaptasi.
Kabanyakan dari teman – teman berbicara dengan penulis menggunakan bahasa Indonesia. Namun kebanyakan dari mereka masih menganggap penulis asing, jadi memang benar – benar susah menghilangkan image penulis. Kelas 3 semester 2, penulis akhirnya bisa mendapatkan peringkat 4 besar. Tentu saja mengherankan anak – anak lain. Namun penulis orang tua penulis benar – benar puas dengan prestasi penulis.
Kelas 4, merupakan masa yang mempengaruhi penulis. Saat kelas 4, penulis diajar guru Matematika yang begitu masa bodoh dan tidak peduli dengan anak muridnya. Beliau juga terkenal keras dalam mendidik. Bahkan beliau pernah berbicara kepada seluruh anak kelas 4 “ Kalian tidak apa – apa dapat 1, 2, 3, tapi kalian tidak boleh dapat nilai 0 “. Dan sejak itulah, penulis trauma dan lemah dalam pelajaran MTK.
Kelas 4 merupakan kelas yang sangat menyenangkan. Kami bermain dan mengobrol dengan mereka. Kami menciptakan permainan yang aneh – aneh. Kadang – kadang penulis juga ikut main permainan tradisional seperti engklek atau permainan lain. Semester 1 dan 2 penulis mendapatkan peringkat 4 dikelas.
Kelas 5 Penulis mendapatkan wali kelas guru Matematika. Itu benar – benar momok mengerikan diajarnya. Bahkan sangat sulit sekali untuk melawan kehendak Beliau. Anak – anak benar – benar takut dengan pola ajar guru tersebut. Dan juga kelas 5 banyak diisi oleh kakak kelas kami yang tidak naik kelas. Dari 30 siswa, bertambah menjadi 36 siswa, karena ada 8 siswa yang tidak naik kelas. Sebenarnya ada juga dari kelas 4 yang tidak naik kelas dan pindah sekolah. Mereka berpikir lebih baik pindah dari pada harus menanggung malu di SD.
Saat semester 1, penulis mendapatkan peringkat 4, namun saat semester 2 penulis seharusnya mendapatkan peringkat 2, namun karena gurunya yang salah tulis, walaupun dia guru Matematika, tetapi tetap saja aneh. Anak – anak mulai menganggap penulis itu aneh, namun penulis hanya membiarkannya saja. Akhirnya orang tua penulis memutuskan untuk mengadukan ini, namun karena nilai rapornya sudah ditulis dengan pena, akhirnya nilainya tidak jadi diganti.
Kelas 6, penulis menghabiskan waktunya untuk les diuar sekolah. Setiap hari penulis tidak pernah mengikuti les disekolah, karena waktunya dipakai untuk les di lembaga luar. Jadi penulis tidak terlalu mengetahui keadaan kelas 6 saat itu. Penulis mengikuti les di LPK Airlangga, dan masuk dikelas favorit yaitu 6 Executive 1 Sore. Kelas yang paling dibanggakan karena nilainya yang paling bagus. Tentu saja penulis bangga bisa masuk kelas tersebut karena penulis bermodalkan nilai 3 untuk pelajaran Matematika.
Pernah suatu hari, Badan Konseling Lembaga memanggil penulis. Penulis hanya dapat menangis karena sebenarnya penulis tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua penulis. Akhirnya, nilai penulis lama – lama naik hingga mendapatkan nilai 7. Jadi selama 1 tahun, penulis berada di 6 Executive 1 Sore, dan itu menjadi kebanggan karena untuk bisa masuk kelas 6 Executive 1 Sore harus bisa masuk 16 besar dari 200 siswa. Di kelas 3 semester 1, penulis akhirnya bisa mendapatkan peringkat 3 dikelas. Namun saat semester 2, penulis hanya bisa mendapatkan peringkat 4.
Penulis memutuskan untuk mendaftar di SMP Negeri 1 Metro dan SMP Negeri 4 Metro. Karena saat itu penulis mendaftar di sekolah RSBI, maka tes masuknya diadakan lebih awal. Ujian SMP Negeri 1 Metro lebih dulu daripada SMP Negeri 4 Metro. Saat itu, penulis dapat mendaftar lebih dari 1 sekolah.
Ujian di SMP Negeri 1 Metro, sangatlah susah karena hampir 60% soalnya menggunakan bahasa inggris. Karena penulis sangat kesulitan, akhirnya penulis gagal di ujian tertulis. Ayah penulis sangat marah karena penulis tidak bisa masuk SMP Negeri 1 Metro. Dari pengalaman tersebut, akhirnya penulis benar – benar belajar dengan giat untuk ujian tertulis SMP Negeri 4 Metro. Saat itu, ayah penulis tidak mau mengantar penulis ujian, sehingga penulis harus naik angkutan umum sendiri. Akhirnya, penulis lulus di tes tertulis dan masuk 30 besar.
Karena masuk 30 besar, penulis benar – benar belajar. Walaupun ayah penulis tidak terlalu memperhatikan, namun penulis benar – benar ingin masuk SMP favorit setidaknya favorit kedua di Metro. Akhirnya setelah serangkaian tes, penulis akhirnya diterima di SMP Negeri 4 Metro pada tanggal 7 Juni 2007. Penulis masuk kedalan 20 besar.
Setelah diketahui diterima di SMP Negeri 4 Metro, penulis belajar giat untuk Ujian Akhir Nasional. Walaupun ayah penulis masih menghindari penulis, namun penulis masih belajar dengan giat. Akhirnya penulis bisa mengerjakan Ujian Akhir Nasional.
Sebelum masuk, SMP Negeri 4 Metro mengadakan matrikulasi untuk penentuan kelas. Selama sekitar 3 minggu kami diajari pelajaran – pelajaran dasar seperti bahasa inggris, matematika, biologi, dan fisika. Penulis benar – benar kaget ketika tahu harus belajar menggunakan bahasa inggris. Bahkan nilai penulis untuk biologi saja hanya 4, namun penulis tidak patah semangat.
Saat kami matrikulasi, SMP Negeri 4 Metro menjadi tempat olimpiade SD dan SMP sekota Metro. Akhirnya kami harus mengungsi dan belajar di Lab Bahasa. Saat itu, guru kami mengawas untuk olimpiade jadi, kakak kelas penulis yaitu, ‘Ina Marita’ mengajarkan kami tentang matematika. Penulis juga bertemu dengan guru – guru penulis di sekolah maupun ditempat les. Penulis juga bertemu dengan adik kelas penulis dan adik penulis yang sedang mengikuti lomba. Namun penulis hanya bisa melihat dari jauh.
Saat matrikulasi, anak – anak di Sekolah mempersiapkan perpisahan. Saat perpisahan, penulis akhirnya datang. Saat itu, kelas 6 membawakan sebuah lagu yang akan dinyanyikan di perpisahan, namun karena penulis tidak latihan, akhirnya penulis hanya bisa lipsing. Guru – guru tahu kalau penulis diterima disekolah favorit, karena dari 2 orang yang mendaftar di SMP RSBI hanya penulis yang diterima.
Setelah mengetahui hasil Ujian Nasional yang hanya bisa mencapai nilai KKM yaitu  21,7. Nilai Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA hanya rata – ratanya 7, 3. Penulis tentu saja kecewa, namun penulis juga bersyukur karena Allah juga memberikan jalan yang benar – benar unik untuk penulis.



MASA SMP
Penulis hanya bisa bersantai ria karena telah terdaftar mendaftar di SMP Negeri 4 Metro. Karena penulis hanya bisa berdiam diri di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan, penulis saja terlambat pada saat hari pertama masuk sekolah. Penulis tidak bisa mengikuti upacara bendera dan hanya bisa memandang dari jauh.
Penulis akhirnya masuk dikelas 7A, kelas favorit di SMP Negeri 4 Metro. Saat itu, sekolah mengadakan MOS. Kakak kelas masuk ke kelas kami dan menyuruh kami yang aneh – aneh. Namun, karena penulis terlalu pendiam, penulis tidak dapat jatah di MOS. Setelah itu, kakak kelas menngajarkan kami baris berbaris. Sebenarnya penulis pernah belajar baris berbaris saat SD, karena dulu penulis adalah anggota pramuka.
Setelah 3 hari MOS, akhirnya Kegiatan Belajar Mengajar dimulai. Hari itu, penulis telat namun oleh guru yang mengajar, akhirnya penulis diperbolehkan duduk. Sejak saat itu, penulis tidak pernah berangkat telat. Kegiatan Belajar Mengajar begitu mengagetkan ketika pelajaran fisika. Karena bingung apa yang dipelajari. Nilai ulangan fisika hanya dapat 5, namun penulis tidak patah semangat.
Tanggal 16 Agustus 2007 , rumah penulis hampir dimasuki maling. Namun dengan sigap ayah penulis dan ibu penulis dapat mengatisipasinya. Adik penulis dan penulis mendengar beberapa suara tembakan, dan ketika tahu bahwa ayah penulis dibawa ke rumah sakit dan ibu penulis juga ikut. Penulis hanya bisa melihat ayah penulis terkapar dan menangis. Namun bibi yang mengasuh penulis menghibur penulis.
Tanggal 17 Agustus 2007, penulis hanya bisa menunggu ayah penulis dirumah sakit. Adik penulis semua pada sekolah dan hanya penulis yang tidak sekolah. Orang – orang mulai datang menjenguk ayah penulis. Sebenarnya ayah penulis sudah tahu siapa yang menyerang ayah penulis. Namun karena memang wilayah tersebut adalah gembong penjahat, maka ayah penulis tidak melaporkan kejadian itu kepada penulis. Akhirnya, setelah keluar dari rumah sakit, penulis dan keluarga akhirnya pindah rumah di tempat yang lebih aman dan nyaman.
Saat kelas 7A, penulis tidak bisa masuk peringkat 10 Besar. Selain karena sulit, penulis juga bingung dan masih kaget dengan sistem pembelajaran. Sehingga nilai rapornya sesuai dengan KKM dan akhirnya dirolling dan masuk ke kelas 7B.
Sejak masuk kelas 7B, semuanya berubah. Penulis bertemu dengan teman penulis yang berasal dari kelas 7A dan penulis memang mengenalnya karena kami satu kelas di Lembaga Airlangga yaitu ‘ Ella Masliana Dewi ‘ dan ‘ Nadya Farah Rachmarina ‘ . Kami dekat dan sering mengadakan kerja kelompok bersama. Saat itu, sekolah mengadakan les hingga jam 4.30 sore, jadi hampir setiap hari penulis pulang sore.
Dan hasilnya, nilai penulis bisa masuk 10 besar, ya walaupun hanya bisa dapat peringkat 8, tapi penulis bersyukur. Setidaknya penulis sudah bisa masuk 10 besar dan meningkatkan nilainya.
Kelas 8, penulis masuk dikelas 8B, penulis tetap dikelas B sekitar 2,5 tahun. Dikelas 8, kelas makin ramai karena dipasang AC walaupun hanya bertahan sekitar 2 bulan. AC rusak karena daya listrik sekolah sangat minim dan juga penggunaan alat – alat produksi di Lab PTD ( Pengetahuan Teknologi Dasar ). Kelas penulis sering sekali protes karena AC rusak, namun sekolah selalu saja berkata “ Sabar, dayanya belum ditambah, nak ! “ itu yang setiap kali penulis dan kawan – kawan dengar jika mengeluh tentang AC.
Dan juga kami sering sekali membuat ulah saat kelas kami diberi Televisi dan DVD player. Hampir setiap hari kelas penulis dijadikan tempat untuk orgenan oleh anak – anak laki – laki dikelas. Maklum saja, kelas penulis hanya terdiri dari 22 anak, 9 siswi dan 13 siswa.
Kelas penulis juga disebut kelas terbandel setelah kelas 8F. Tentu saja, para guru mencibir kelas penulis dan mengeluh kenapa nilai kelas penulis sama saja denga n nilai anak – anak reguler yang lain. Namun, teman – teman penulis dan penulis sendiri menganggap santai cibiran tersebut. Karena beliau tidak tahu bagaimana rasaya jika belajar dengan sistem yang berbeda.
Kelas penulis juga disebut kelas masalah oleh para guru. Pertama kelas kami sudah membuat seorang guru marah dan tidak masuk kelas. Kami pun khilaf, namun tetap saja kami melakukannya lagi. Dan semua guru tahu bagaimana kelas kami yang memang seperti itu adanya.
Saat kelas 8 semester 1 penulis tidak bisa masuk 10 besar. Namun, itu tidak masalah bagi penulis. Setidaknya penulis benar – benar berusaha. Semester 2 penulis memutuskan untuk ikut les di LPK Airlangga lagi. Tentu saja, bukan hanya karena penulis sudah kenal pemilik dan sudah akrab disitu, namun penulis juga sudah terbiasa dengan suasana Lembaga tersebut.
Di tempat les, penulis bersahabat dengan ‘ Rina Asupa‘ dari SMP Negeri 6 Metro. Kami dekat karena kami menyukai hal – hal yang sama. Dan kami saling berbagi materi pelajaran disekolah. Namun, saat pemilihan kelas penulis dan Rina berpisah, namun penulis dan dia masih menjalin hubungan yang baik.
Kemudian, Sekolah mengadakan Kunjungan Kerja di PT. Coca Cola Company di Bandar Lampung dalam memenuhi pembelajaran PTD, yaitu pengolahan limbah. Penulis dan kawan – kawan senang, karena setelah kunjungan kerja kami akan berlibur ke Pantai Mutun.
Saat kunjungan kerja penulis harus duduk dengan seorang guru karena tidak mendapatkan pasangan. Tentu saja penulis tidak bisa berkutik kecuali hanya memainkan handphone atau memotret sekeliling. Tidak jarang teman – teman penulis mengajak ngobrol namun hanya sebentar.
Sesampainya di PT. Coca Cola, teman – teman penulis hanya mengabadikan foto – foto mereka sendiri dan mengagumi cara kerja mesin pabrik. Penulis akhirnya yang mencatat hasil wawancara dengan seorang pegawai dan juga memfoto – foto mesin dan pengolahan limbah. Teman – teman penulispun hanya bisa meminjam catatan dan meminta foto – foto dari penulis.
Setelah kunjungan kerja, sekolah memutuskan untuk bersenang – senang di Pantai Mutun. Namun diperjalanan, bus kelas 8E dan 8D pecah ban dan sehingga kami harus berhenti sebentar dan menampung beberapa siswa. Kami tetap merasa gembira walaupun khawatir.
Akhirnya, penulis dan kawan – kawan sampai juga di Pantai Mutun. Penulis hanya bisa duduk di gazebo sementara teman – teman penulis sibuk bermain air dan berenang. Memang penulis tidak bisa berenang dan trauma dengan air banyak, apalagi air laut. Setelah selesai, akhirnya kamipun pulang dengan hati gembira dan capek. Namun, tugas telah menanti dirumah.
Setelah kunjungan kerja, selama sebulan kami melakukan kegiatan belajar mengajar kemudian ujian semester. Semester 2, penulis mendapatkan peringkat 7, namun itu sudah menjadi sesuatu yang membanggakan bagi penulis. Karena nilai – nilai penulis naik dan juga mendapatkan peringkat 3 di LPK Airlangga.
Kelas 9B, dipenuhi dengan masalah – masalah yang pelik. Seperti terbaginya kelompok perempuan yang saling berkumpul. Bahkan pernah penulis dan kawan – kawan penulis menangis karena seorang guru tidak memperbolehkan kami masuk. Mereka pikir penulis dan kawan – kawan pergi ke kantin, padahal sebenarnya kami sedang berganti baju, dan memang waktu pelajaran olahraga belum selesai namun guru itu telah masuk.
Namun, akhirnya kami berbaikan lagi. Dan sekarang adalah masalah siswa yang sering kehilangan barangnya seperti flashdisk, bahkan handphone salah seorang teman penulis pernah hilang dicuri seseorang.  Kasus itu pernah sampai terdengar oleh Kepala Sekolah. Kejadian kedua juga sama, handphone dengan tipe yang sama, namun kali ini handphone itu dapat ditemukan.
Penulis juga mengikuti les di Lembaga yang sama dan bertemu dengan anak – anak yang pintar. Tentu saja, nilai try out pertama, penulis berada 200 dari 280 siswa. Ayah penulis marah karena nilai penulis yang anjlok, namun penulis tetap berusaha untuk belajar semaksimal mungkin. Disana penulis bertemu dengan anak – anak dari sekolah – sekolah di Metro. Tentu saja, kelas favorit di lembaga ini adalah kelas 9 executive 1 sore karena diisi oleh siswa dari SMP Negeri 1 Metro.
Dikelas 9 executive 2 sore, penulis bertemu dengan ‘ Robby Syekh Risky  ‘ dia bisa mendapatkan peringkat 3 besar. Memang 4 besar itu hanya sering direbut oleh penulis, ‘ M. Ramadhan dari SMP Negeri 3 Metro ‘ dan juga ‘ Aulia Rozana ‘ dari SMP Negeri 4 Metro.
Walaupun begitu, penulis tetap saja senang dengan hasil try out yang lumayan tersebut. Terlebih lagi saat penulis tahu jika penulis berada di peringkat 12 dari 280 anak. Itu benar – benar hal yang sangat membanggakan penulis.
Pernah suatu hari, kelas 9B bertengkar kelas 9A hanya karena seorang petugas salah memasukkan meja di kelas 9A. Tentu saja, penulis dan kawan – kawan yang meminta kepada TU untuk meja itu karena meja yang sebelumnya sudah rusak. Anak kelas 9A tetap saja ngotot karena merasa bahwa meja itu milik mereka. Akhirnya kami mengalah, namun kami tahu bahwa tuhan punya rencana yang lebih baik dari itu. Akhirnya kami hanya dapat meja bekas kelas 9A.
Kami belajar dengan santai walaupun kami akan ujian nasional. Jika anak – anak lain belajar intensif, sangat berbeda dengan kelas 9B. Saat ujianpun kami benar – benar menggunakan sistem kerja sama, walaupun penulis tidak mencontek sama sekali.
Setelah Ujian Nasional, SMA Negeri RSBI di Lampung mulai membuka pendaftaran. Penulis mendaftar di SMA Negeri 1 Metro dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Orang tua penulis menginginkan penulis masuk di SMA Negeri 1 Metro. Penulis dengan giat mengikuti les masuk SMA dan juga tambahan pelajaran untuk menghadapi semesteran RSBI.
Penulis benar – benar belajar saat mendaftar di SMA Negeri 1 Metro, berbagai soal dibahas dan dikerjakan oleh penulis. Hingga saat ujian, penulis mengerjakan soal – soal itu dengan tenang. Sementara saat mengikuti ujian SMA Negeri 2 Bandar Lampung, penulis masih merasa capek karena selang ujian hanya sehari jadi penulis tidak belajar sama sekali.
Penulis benar – benar kaget ketika ujian praktik berbeda antara SMA Negeri 1 Metro dengan SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Karena SMA Negeri 2 Bandar Lampung memakai sistem TOIEC sementara SMA Negeri 1 Metro menggunakan tes wawancara. Namun penulis dapat menghadapinya dengan tenang.
Pengumuman pertama di SMA Negeri 1 Metro lebih dahulu daripada SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Dari hasil tes akademik di SMA Negeri 1 Metro penulis berada diurutan 192 dari 192 siswa, namun karena di Metro menggunakan sistem 40% nilai tes akademik dan 60% nilai UAN maka penulis tidak diterima di SMA Negeri 1 Metro karena nilai UAN penulis hanya 33,4 atau rata – rata sekitar 8,4. Dan penulis berada diurutan 230.
Tentu saja, kejadian itu membuat penulis tambah takut. Orang tua penulis marah karena penulis tidak masuk dan menngancam penulis tidak akan disekolahkan. Namun, ternyata Tuhan masih memikirkan hamba-Nya yang lemah ini.
Saat pengumuman SMA Negeri 2 Bandar Lampung, penulis tidak bisa mengakses hasil PSB. Dan ketika disekolah, saat pemberitahuan nilai UAN, teman – teman penulis berteriak karena teman penulis ada yang diterima. Tentu saja penulis bertambah nervous. Namun penulis tetap tabah, bahkan ketika teman penulis yang lebih pintar dari penulis tidak terima, tentu saja penulis bertambah takut. Tiba – tiba, penulis diberitahu teman penulis tentang diterimanya penulis di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Tentu saja penulis kaget, karena tidak menyangka. Segera penulis memcari hasil PSB SMA Negeri 2 Bandar Lampung, dan ternyata penulis diterima di urutan 135 dari 240 siswa. Penulis sangat bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan untuk penulis. “ Tuhan sudah menciptakan jalan yang tepat bagi hamba-Nya yang berusaha “ itulah yang penulis percaya hingga saat ini.
Penulis hanya bisa menangis ketika mengetahui itu. Penulis segera menghubungi orang tua penulis, dan orang tua penulis bangga walaupun juga sedih karena tidak terima di SMA Negeri 1 Metro. Dan ketika penulis meminta orang tua penulis untuk ikut tes SMA reguler lainnya, penulis dilarang. Orang tua penulis berpikir pasti akan terlalu melelahkan jika harus mendaftar ke SMA reguler lainnya, jadi orang tua penulis mengambil kesempatan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung.



MASA SMA
 Penulis memulai dengan mengikuti Pra-Mos dan MOS di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Karena dari Metro hanya ada 10 siswa yang diterima, sehingga kami dapat akrab, apalagi dari SMP Negeri 4 Metro ada 7 orang yang diterima di sekolah ini.
Penulis satu kelompok dengan teman penulis di SMP dulu, ‘ Maghfira Tiara Adilla ‘ . Dan kami masuk di kelompok Pempek atau kelompok 6. Karena kelompok 6 itu adalah siswa siswi dari nama J hingga M. Atribut yang digunakan saat Pra-Mos adalah baju olahraga yang diberikan sekolah, nama tag dan juga topi kerucut berwarna coklat.
Hari pertama hingga hari terakhir kami diajari Polisi BRIMOB tentang baris berbaris kemudian diselangi dengan latihan menyanyikan lagu Mars dan Hynme SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Setelah itu kembali berlatih dengan Polisi BRIMOB hingga pukul 12:00. Kemudian setelah itu akan diisi dengan pengisian materi dan juga pengenalan – pengenalan eskul.
Kelompok pempek merupakan kelompok yang ramai dan menyenangkan. Ada banyak moment yang memalukan, namun itu makin mempererat hubungan kami. Pernah suatu hari ketika salah satu anggota kami mendapatkan masalah, kami semua dinasihati oleh Kakak PJ. Kakak PJ kami sangat baik dan memperhatikan kami dengan baik.
Kelompok pempek memang dianggap remeh oleh kelompok lain karena yel – yel yang tidak kompak atau masalah yang kontroversial. Namun,tidak itu memadamkan semangat kelompok Pempek. Kami berlatih yel- yel, slogan, dan tarian kami saat H-4 lomba kelompok. Kami benar – benar menikmatinya dan bersenang – senang. Kami juga mendapatkan beberapa saran dari kakak PJ dan menyeritakan tentang pengalaman MOSnya. Dan Kakak PJ ingin walaupun kelompok Pempek dianggap remeh, namun dapat menunjukkan kreativitasnya.
Hari ketika kami akan berjalan dari SMA Negeri 2 Bandar Lampung ke Lembah Hijau. Benar – benar sangat melelahkan, namun kami masih tetap semangat, walaupun kelompok kami yang terakhir sampai. Sampai disana, kami berisitirahat kemudian dilanjutkan dengan lomba – lomba menarik dan juga lomba manyanyi. Walaupun kelompok kami tidak memenangkan lomba ketangkasan, namun kami menang sebagai juara 2 lomba menyanyi Mars dan Hynme SMA Negeri 2 Bandar Lampung, dan menjadi juara 1 lomba yel – yel. Dan akhirnya menjadi juara umum. Tentu saja kami senang dengan kerja keras yang kami lakukan.
Kemudian keesokan harinya adalah hari dimana penulis masuk sekolah. Penulis masuk dikelas X.5. Dan teman – teman penulis kebanyakan ada dikelas X.8, X.1 dan X.2, namun walaupun penulis sendiri penulis senang bisa berada dikelas baru. Selain untuk mencari teman dan pengalaman baru, penulis juga membutuhkan adaptasi.
Kelas X.5 kelasnya pertama kali di kelas 12 IPS 2 tahun lalu. Kami bergotong royong membersihkan kelas tersebut, memilih perangkat kelas dan juga pengurus – pengurus kelas. Setelah itu kami mengobrol tentang sekolah kami dulu, dan kesan – kesan tentang sekolah kami dulu.
Satu bulan setelah sekolah, penulis menderita gejala penyakit tifus. Penulis diwajibkan istirahat total selama beberapa hari. Karena penulis tinggal di kost

No comments:

Post a Comment